OLEH
ANISSA
CINDY NURUL AFNI, S. Kep., Ns., M. Kep
A.
Patofisiologi
- Ditandai
dengan hipersensitivitas cabang trakeobrankhial serta inflamasi jalan
nafas terhadap berbagai jenis rangsangan. Hal ini menyebabkan terjadinya
bronkospasme dan penyempitan jalan nafas yang dapat kembali (Price and
Wilson, 2006).
Gambar:
Patofisiologi Asma
- Penyempitan
jalan nafas pada pasien asma tidak hanya disebabkan oleh bronkospasme,
tetapi juga dapat disebabkan oleh edema mukosa dan hipersekresi mukosa
yang kental.
Gambar: Penyempitan
jalan nafas
- Faktor
pencetus ataupun allergen dapat merangsang respon hipersensitivitas
tracheobronchial yang menyebabkan bronkospasme sehingga dapat muncul
dispnea dimana perasaan tercekik, mencari posisi yang nyaman dengan
berdiri atau duduk, dan menggunakan usaha untuk bernafas secara maksimal.
- Respon
hipersensitivitas juga merangsang percabangan trakeobronkhial melebar dan
memanjang selama inspirasi. Namun, kondisi bronkeolus yang menyempit
akibat spasme, edema mukosa ataupun terisi mukus menyebabkan udara sulit untuk keluar
sehingga fase ekspirasi memanjang (Price and Wilson, 2006).
- Serangan
dapat berlangsung dalam beberapa menit ataupun beberapa jam yang disertai
dengan batuk produktif serta sputum dengan warna keputihan.
- Asma di
bagi menjadi 3 (Price and Wilson, 2006):
a. Asma
Ekstrinsik /Alergik
Pemicu
imunnologi yang berhubungan dengan alergi merangsang munculnya respon imun
humoral dengan mengaktifkan multiseluler secara komplek, termasuk sel mast
(berhubungan dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (Ig E) yang
akan meningkat pada reaksi hipersensitivitas. Mediator inflamasi menyebabkan
kontraksi otot-otot halus, vasodilatasi, edema mukosa, peningkatan sekresi
mucus, dan infiltrasi eosinofil makrofag. Asetilkolin secara langsung meningkatkan
reisitensi jalan nafas dan sekresi bronchial. Respon kolinergik merangsang
munculnya histamine dan penurunan mediator inflamasi, dengan tanpa Ig E (Ed: Howard
and Steinmann, 2010).
1) Pada
pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit atopic (hay fever, exzema, dermatitik, dan asma)
2) Disebabkan
oleh kepekaan individu terhadap allergen seperti:
a) Serbuk
sari yang dihirup
b) Bulu
halus binatang
c) Spora
jamur
d) Debu
e) Serat
kain
f) Makanan
à susu ataupun
coklat
b. Asma
Intrinsik /Idiopatik
Umumnya
tidak dijumpai faktor pencetus yang menyebabkan munculnya gejala asma. Pemicu
nonimunologi merangsang nervus sistem otonom dan menyebabkan sel mast dan
respon mediator inflamasi (Ed: Howard and Steinmann, 2010). Faktor nonspesifik
biasanya Flu biasa, Latihan fisik, Emosi.
Sebagai
contoh;
a. Stres
emosional, memicu aktifnya sistem parasispatis dan menstimulasi hipotalamus.
b. Latihan
fisik (olahraga), memicu munculnya asma jika dilakukan lebih dari 10-20 menit.
Hal ini karena
c. Refluk
Gastroesofageal, hal ini terjadi akibat adanya spasme esofagus dan refluk yang
merangsang adanya spasme bronchial dan struktur esogafus.
c. Asma
Campuran
1) Terjadi
akibat adanya allergen sebagai faktor pencetus dan kondisi ketidaksatabilan
kondisi fisik
B.
Diagnosis
dan Manifestasi Klinis Asma Akut
- Diagnosis
pasien asma berdasarkan pada:
a. History
à gejala, pola,
pemicu, riwayat keluarga, alergi yang dimiliki
b. Examination
c. Hasil
Lab
1)
Pemeriksaan
sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
o Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.
o Spiral curshmann, yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
o Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
o Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
2)
Pemeriksaan
darah
o Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
o Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
o Hiponatremia
o Leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
3)
Pemeriksaan
penunjang
a)
Pemeriksaan radiologi
§ umumnya normal
§ Pada waktu serangan dapat menunjukan gambaran hiperinflasi pada
paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
§ Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan
yang didapat adalah sebagai
berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka
bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),
maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat
gambaran infiltrate pada paru
b)
Pemeriksaan
tes kulit
Dilakukan
untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c)
Spirometri
Untuk
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Pasien
dengan riwayat asma lebih dari 5 tahun harus segera dilakukan spirometri. Hal
ini bertujuan mengevaluasi volume udara inhaled dan exhaled. Spirometri dapat
menunjukkan adanya obstruksi dan mengkaji keterbatasan jalan nafas.
- Manifestasi
klinis pada pasien asma;
a. Batuk
b. Wheezing
c. Waktu
ekspirasi yang memanjang
d. Menurnnya
Peak ekspiratory flow
e. Adanya
usaha yang kuat untuk bernafas
f. Penggunaan
otot-otot bantu pernafasan
g. Pasien
datang ke IGD dapat dengan kondisi penurunan saturasi oksigen, dan penurunan
kesadaran dan peningkatan usaha untuk bernafas.
C.
Manajemen
Asma Akut
- Tujuan umum
manajemen asma di IGD adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas,
mencegah terjadinya hipoksemia, mencegah terjadinya gangguan pertukaran
gas dan mempertahankan fungsi paru tetap normal.
- Penanganan
Asma secara umum adalah:
a. Bronkodilator
à Epinefrin (ex:
Adrenalin)
b. Inhaled
à Dexamethasone
c. Menghindari
allergen
d. Kortikosteroid
- Tindakan
penanganan awal di RS;
a. Pemberian
oksigen aliran tinggi
b. Posisi
fowler
c. Pasang
puls oksimetri
d. Terapi
nebulizer
e. Dan
mengontrol gejala yang muncul dengan obat-obatan
f. Lakukan
pengambilan sampel BGA untuk melihat jumal oksigen yang ada pada arteri
- Obat-obatan
pada pasien asma bertujuan untuk:
a. Menurunkan
spasme bronkus
b. Inflamasi
pada jalan nafas
c. Edema
mukosa
d. Hiperaktif
jalan nafas
e. Dan
mencegah adanya asma eksaserbasi
D.
Konsep
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
- Pengkajian
a. Primary
survey priorotas (ABCDE)
1) Airway
·
Umumnya
terjadi penyumbatan pada jalan nafas akibat adanya bronkospasme ataupun sekresi
yang tertahan.
2) Breathing
·
Kaji
keefektifan pola nafas, Respiratory Rate, abnormalitas pernapasa, pola
nafasa, bunyi nafas tambahan mengi,suara nafas dapat menurun hingga tidak
terdengar. penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping
hidung, saturasi oksigen.
3) Circulation
·
Kaji heart
rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral, suhu
b.
Secondary Survey
1)
Tanda-tanda vital secara keseluruhan
2) History : AMPLE
-
Alergi :
Makanan, obat-obatan
-
Medikasi :
Obat-obatan yang sedang digunakan farmakoterapi dan herbal
-
Past health History : riwayat penyakit sebelumnya
-
Last meal eaten : makanan atau
minuman terakhir yang dimakan pasien.
-
Events Leading to the Illnes/injury
ü Kronologi
kejadian
ü Lamanya
gejala yang dirasakan
ü Penangana
yang telah dilakukan à penggunaan bantal yang dilakukan untuk menurunkan gejala
ü Gejala
lain yang dirasakan à umumnya terdapat kelelahan, mual dan muntah, diaforesis
ü Lokasi
nyeri atau keluhan
3) Head to Toe
- Masalah
Keperawatan yang Muncul
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif
2. Keefektifan
pola nafas
3. Gangguan
pertukaran gas
4.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dengan
kebutuhan Oksigen.
Daftar
Pustaka
- Price, S.
A., and Wilson, L. 2006. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.
- Morton, P.
G., and Fontaine, D. K. 2013. Essentials
of Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Phipadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
- Ed: Howard,
P. K., and Steinmann, R. A. 2010. Sheehy’s
Emergency Nursing; Principle and Practice. Sixth Edition. Amerika:
Mosby Elsevier.