ESSAY
TERAPI
MODALITAS HELIOX (HELIUM DAN OKSIGEN)
PADA PASIEN ASMA AKUT DI EMERGENCY DEPARTMENT
Oleh:
ANISSA CINDY NURUL AFNI
126070300111015
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
A. Latar
Belakang
Asma
merupakan suatu kondisi kronik yang telah lama menjadi wacana baik pada
populasi dewasa maupun anak-anak. Pasien dengan asma memiliki ketidakmampuan
mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan terutama
pada fase ekspirasi. Ketidakmampuan ini tercermin dari hasil usaha ekspirasi
paksa atau Peak Expiratory Flow Rates
(PEFs) pada detik pertama. Individu dengan asma dengan atau tanpa mekanisme
alergi memiliki kelabilan bronkus yang abnormal sehingga mempermudah
penyempitan saluran nafas. Asma membutuhkan penanganan, perawatan dan evaluasi
secara komprehensif dengan penerapan diet yang tepat, pencegahan alergen, dan pengobatan
atau medikasi manajemen yang tepat (Sanchez, 2009).
Status
asthmaticus didefinisikan oleh Bechler Karsch (1994) sebagai serangan asma yang
sulit diatasi dengan pengobatan konvensional dan dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan dan kematian jika tidak mendapatkan manajemen yang benar. Sebagian
besar pasien dengan exacerbations akut dari asma gagal berespon pada terapi
rutin yang diberikan. dan mungkin memerlukan intubation segera dan ventilsi
mekanik. Inisiasi dari ventilasi mekanis pada pasien dengan asma yang parah
dapat menyelamatkan jiwa, tapi ini terkait dengan peningkatan morbiditas pasien.
Sehingga dilakukan suatu penelitian pada sebuah grup kecil untuk mempelajari
pemberian heliox sebagai terapi definitive menggantikan terapi konvensional
biasa yang umumnya dengan menggunakan oksigen (Reuben and Harris, 2004).
Heliox
merupakan campuran helium dan oksigen. Helium adalah gas inert yang tidak
memiliki efek samping atau efek terapetik secara langsung. Karena campuran ini
memiliki kepadatan yang lebih rendah dibandingkan udara, aliran turbulen yang
diberikan akan berubah menjadi lebih laminar, yang menurunkan resistensi jalan
nafas terhadap aliran udara (Papiris, Manali, Kolilekas, Triantafillidou,
Tsangaris, 2009).
Peran heliox
pada pasien dengan gangguan jalan nafas seperti asma terutama pada penurunan
resistensi jalan nafas terhadap aliran udara. Aliran udara
pada jalan nafas pasien asma bersifat
turbulen sehingga meningkatkan resisitensi dan kesulitan pernapasan pad pasien
asma. Heliox yang memiliki kepadatan rendah dapat mengubahnya menjadi aliran
laminer. Aliran laminer yang ada berdampak pada efisiensi pengiriman oksigen ke
bagian yang lebih distal dari pohon bronkus Sehingga udara yang terhirup dapat
segera sampai pada bagian distal bronkus dan menurunkan usaha pernapasan untuk
memenuhi kekurangan oksigen akibat penyempitan jalan nafas (Reuben and Harris,
2004).
Heliox
bertindak menurunkan usaha ambilan udara pada jalan nafas dan memungkinkan
peningkatan ventilasi saat ekspirasi. Ini merupakan salah satu dari dua alasan
utama penggunaan heliox terapi direkomendasikan selain mampu mengubah aliran
turbulent menjadi lebih efisien seperti aliran laminar. Alsan kedua, adalah
heliox memiliki densitas rendah. Dengan densitas atau kepadatan yang rendah, heliox
menurunkan gradien tekanan yang diperlukan untuk mencapai tingkat tertentu aliran
turbulent pada pasien asma dan dalam teori hal ini dapat mengurangi fungsi kerja
pernapasan (Reuben and Harris, 2004). Berdasarkan pada latarbelakang di atas,
penulis tertarik untuk mengambil terapi
modalitas heliox (helium dan oksigen) pada
pasien asma akut di emergency department sebagai
judul.
B. Manfaat
Pemberian
heliox pada pasien diharapkan mampu menurunkan kerja pernapasan pasien asma dan
memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien yang umumnya mengalami penyempitan jalan
nafas. Sehingga dapat meningkatkan usaha perawat dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik dalam perawatan pasien asma terutama pada pasien asma
akut sedang hingga berat yang tidak berespon pada terapi konvensional biasa
dengan menggunakan oksigen di ruang emergency.
Melalui ini, diharapkan dapat menggiring penelitian-penelitian lanjutan untuk
meningkatkan temuan efek heliox pada pasien asma.
C. Analisis
Literature
Sama seperti
pemberian terapi oksigen pada umunya, pemberian heliox pada beberapa pasien
dapat diberikan melalui non-rebreathing mask untuk meningkatkan ventilasi,
menurunkan kerja pernapasan, dan menunda terjadinya kelelahan otot-otot
pernapasan (Papiris, Manali, Kolilekas, Triantafillidou, Tsangaris.2009). Penggunaan
heliox ini lebih diutamakan pada pasien dengan asma akut sedang hingga berat. Penggunaan Heliox pada pasien asma dan obstruksi jalan
nafas bagian atas tidak untuk mengobati penyakit yang mendasari tetapi
digunakan untuk mengurangi resistensi airways
dan kerja otot pernapasan hingga perawatan definitif yang diperlukan pasien
diberikan seperti intubasi (Reuben and Harris, 2004).
Penggunaan
heliox sesungguhnya telah dimulai sejak 65 tahun lalu. Namun, masih menjadi pro
dan kontra dalam penggunaan heliox sebagai terapi pada pasein asma akut sedang
hingga berat. Campuran helium dan oksigen yang dianjurkan adalah menggunakan
helium lebih dari 70% dengan kata lain 70% helium dan 30 % oksigen atau dapat
80% helium dan 20 % oksigen. Beberapa penelitian menyebutkan heliox memberikan
efek yang baik pada pasien dengan asma akut sedang hingga berat yang tidak
berespon dengan terapi konvensional biasa menggunakan oksigen. Namun penelitian
lain juga menyebutkan heliox tidak memberikan efek yang berarti dan hanya
memberikan efek placebo dalam perawatan pasien asma (Reuben
and Harris, 2004).
Kass dan
Terregino (1999) melakukan penelitan randomized
trial control pertama kali dalam penggunaan heliox (70:30 helium:oksigen)
dibandingkan dengan konvensional menggunakan oksigen pada pasein akut
eksaserbasi asthma. Pasien yang terlibat yaitu 23 pasien dewasa dengan nilai klinis
eksaserbasi asma seperti yang didefinisikan oleh PEFR dalam 200 l/min. Semua
pasien menerima pengobatan konvensional seperti pada protocol (methylprednisolone
intravena, nebulised albuterol) dan diacak untuk beberapa pasien yang menerima
Heliox (11 pasien) atau oksigen (12 pasien) untuk melihat ada tidaknya perbaikan
klinis dan PEFR pada 200 l/min. Sembilan orang yang ikut dalam study kelompok
pengobatan dengan heliox telah lebih dari 25% mengalami peningkatan PEFR pada
20 menit pertama dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberikan oksigen.
Mereka juga menemukan bahwa pengobatan dengan Heliox dapat menurunkan kejadian
dyspnoe dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini adalah randomize control trial pertama kali
untuk penelitian efektifitas heliox,
Overview
yang dilakukan oleh Kim dkk (2006) mendukung penelitian-penelitian di atas mengenai
efektifitas pemberian nebulizer albuterol dengan heliox-driven
menunjukkan hasil bahwa heliox-driven nebulizer albuterol memiliki manfaat pada
pasien dengan asma eksaserbasi di ED dan ICU (Intensive Care Unit). Kim dkk
(2006) melakukan studi berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan terhadap keefektifan heliox dibandingkan dengan oksigen. Penelitian
yang dilakukan Kim sendiri pada tahun 2005 kepada 30 pasien dengan berumur 2-18
tahun menunjukkan hasil skor klinik pada menit ke 120, 180 dan 240 setelah
pemberian heliox pada nilai klinis pasien (Kim,
Saville, Sikes, Corcoran, 2006).
Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh Kim pada penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk
pada tahun 2005 kepada 80 pasien yang berumur > 18 tahun menunjukkan heliox
dapat meningkatkan nilai PEF pasien lebih cepat dibandingkan dengan oksigen.
Dan pada pasien dewasa heliox lebih berpengaruh terutama pada satus asma akut
sedang hingga berat (Kim, Saville, Sikes, Corcoran, 2006).
Study lain yang dilakukan oleh Rose dkk
(2002) mendapatkan hasil berbeda. Study ini bertujuan mengevaluasi efektifitas
dari heliox-driven nebulizer pada manajemen pasien asma eksaserbasi moderate di
Emergency Department (ED). Intervensi
yang diberikan dalam penelitian ini yaitu terapi nebulizer driven 70:30 heliox dan
nebulizer dengan oksigen oksigen. Nilai respiratory
rate, Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR), Forced Expiratory Volume pada
jam pertama (FEV1), dan skala Borg untuk dyspnea
dinilai pada jam ke-0 dan ke 2. Gambaran kondisi klinis yang ditunjukkan pasien
juga dikaji.
Total
responden 36 pasien dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (18 heliox
dan 18 oksigen). Ada peningkatan signifikan interval dalam kelompok kedua pada
2 jam pertama pada nilai PEFR, FEV1, skala Borg, dan laju pernafasan pasien. Ada perbedaan yang signifikan antara heliox
70:30 dan oksigen dalam PEFR (perbaikan perbedaan 17 liter/minute, 95% confidence interval (CI)-20-51], FEV1
(0.03 liter/detik, 95% CI-0.22-0.30), atau tingkat pernapasan (peningkatan perbedaan
berarti antara kelompok perbaikan 0,5, 95% CI-2.7-3,8). Ada peningkatan yang
signifikan pada skala Borg untuk menilai dyspnea
yang dirasakan pasien Setelah 2 jam pemberian pada kelompok perlakuan yang
diberikan heliox (1.6, 95% CI 0.3-3.0). Dalam hasil study ini pasien dengan asma exacerbation moderate yang diberikan heliox
gagal menunjukkan peningkatan laju pernafasan, saturasi oksigen, PEFR, atau
FEV1 setelah 2 jam. Namun, ada peningkatan yang signifikan dalam penurunan dyspnea
dirasakan pasien pada heliox atas udara/oksigen diukur oleh Borg dyspnea skala
(Rose, Panacek, Miller, 2002).
Studi
lain yang dilakukan oleh Rodrigo dkk (2003) melalui systematic review penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk
menentukan efek penambahan pemberian heliox pada standar perawatan medis pasien
dengan asma akut. Desain yang dilakukan adalah dengan review sistematis secara
acak dan nonrandomized prospective, dengan
control trial yang dilakukan pada anak-anak
dan orang dewasa. Intervensi ini diberikan untuk melihat efek placebo yang
mungkin dari pemberian heliox bila digunakan pada perawatan asma akut sesuai
standar. Penilaian yang dilihat pada tes fungsi paru-paru, kejadian masuk rumah
sakit, penilaian fisiologis, efek samping, dan hasil klinis. Hasil yang didapat
menunjukkan tujuh uji trial yang
dipilih dari total 392 uji pada pasien penderita asma akut. Enam studi pada orang
dewasa dan satu studi pada anak-anak. Variabel hasil utama adalah pengukuran
spirometric (puncak aliran expiratory atau FEV1) di enam percobaan (Rodrigo,
Rodrigo, Pollack, and Rowe, 2003).
Dilakukan
evaluasi pada dua penelitian efek heliox pada resistensi airways. Tidak ada perbedaan signifikan yang berarti ditunjukkan
antara kelompok heliox maupun kelompok
dengan pemberian oksigen (SMD, -0,20; dengan nilai convidence interval
95%. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara penggunaan nebulizer
dengan heliox dengan kelompok yang diberikan nebulizer dengan oksigen. Studi
ini menunjukkan tidak meningkat secara signifikan fungsi pulmonary setelah
diberikan heliox. Namun secara keseluruhan, heliox tidak memberikan efek
samping pada pasien. Sehingga, berdasar pada analisa bukti-bukti yang ada,
tidak mendukung penggunaan heliox untuk pasien asma akut sedang hingga berat pada kondisi gawat darurat.
Namun, kesimpulan ini didasarkan pada perbandingan antara kelompok dan
penelitian kecil yang hanya dilakukan pada tujuh responden (Rodrigo, Rodrigo,
Pollack, and Rowe, 2003).
Hasil
sistematik review yang dilakukan Rodrigo dkk (2003) ini memiliki kelemahan dan
kekurangan yang telah mereka cantumkan. Ada kemungkinan publikasi bias dalam
meta-analisis ini. Misalnya, dengan hasil-hasil penelitian yang tidak
dipublikasikan atau yang hilang. Namun Rodrigo dkk (2003) juga telah
menyampaikan cara-cara yang ditempuh untuk mengurangi bias dalam penelitian ini
sehingga kesimpulan akhir yang dapat diberikan adalah jumlah dan ukuran studi
yang dilakukan dalam penelitiannya menggunakan sample kecil, sehingga
kesimpulan hasil yang ada saat ini dapat dimodifikasi melalui peninjauan
systematic review yang menggunakan sampel lebih besar (Rodrigo, Rodrigo,
Pollack, and Rowe, 2003).
Karena
heliox merupakan gas inert yang tidak memiliki efek samping pada proses
metabolism manusia, heliox dapat digunkan dengan aman pada kebanyakan pasien. Namun
terdapat satu kajian pustaka yang menyebutkan efek samping pemberian heliox
dapat menyebabkan hipoksia pada pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen
yang tinggi yang tidak dapat mentolelir pemberian helium yang terlalu
berlebihan. Namun sejauh ini heliox aman digunakan pada pasien asma dan pasien
obstuksi jalan nafas bagian atas (Reuben and Harris, 2004).
D.
Clinical
Significant
Pro dan
kontra penelitian yang dilakukan terkait penggunaan heliox sebagai terapi pada
pasien asma akut sedang hingga berat menjadi penentu dalam penerapannya di
praktik klinik. Meskipun heliox diketahui tidak memiliki efek samping yang
berarti pada proses metabolisme pasien, namun dibutuhkan clinical signifikansi
dalam menentukan layak tidaknya terapi ini diterapkan dalam praktik klinik.
Berdasarkan
systematic review yang dilakukan oleh Kim dkk (2006) dan Gupta dkk (2005) yang
melakukan analisis terhadap keefektifitas heliox sebagai terapi pada pasien
asma akut sedang hingga berat yang menunjukkan hasil mampu menurunkan kerja
pernapasan, menurunkan skor dypsneu
dan meningkatkan nilai PEFR pasien. Hasil berbeda ditunjukkan oleh overview
yang dilakukan oleh Rodrigo dkk (2003) bahwa bukti-bukti jurnal yang ia
dapatkan tidak mendukung penggunaan heliox untuk
pasien asma akut sedang hingga berat pada kondisi gawat darurat.Tingkat
signifikansi klinis penggunaan heliox (helium dan oksigen) pada terapi pasien
asma di emergency department
diperkuat dengan hasil beberapa penelitian yang tercantum pada tabel (Tabel 1
dan Tabel 2).
Penulis
mencoba melihat dari 8 artikel, abstrak atau jurnal penelitian yang didapatkan
dengan 3 randomized controlled trial
(RCT) dan 3 sistematic review dan 5 analisis. Level of evidence ditentukan
berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh Oxford Centre for Evidance-based
Medicine of Evidence (Oxford Centre for Evidance-Based Medicine 2011 Levels of
Evidance, 2011). Berdasarkan pada hasil intrepretasi yang didapatkan dimana
level 1 pada penelitian dengan systematic review yang menggunakan randomize
control, level 2 penelitian dengan randomize control, level 3 penelitian yang
tidak menggunakan randomized konrol tetapi terdapat kelompok control dan
perlakuan atau bentuk eksperimen (Melynyk,
and Overholt, 2011). Dalam jurnal, artikel dan
abstrak yang didapat tidak ada level 4 dan 5 dikarenakan tidak ada penelitian
yang studi kasus (level 4) dan level 5 yang merupakan sebuah opini. Hasil
penilaian evidence base jurnal-jurnal yang didapatkan menunjukkan bahwa level
evidence based heliox therapy untuk diterapkan pada praktik klinik tidak
terlalu signifikan dibandingkan dengan terapi konvensional dengan oksigen pada
umumnya. Sehingga dengan atau tanpa pemberian heliox terapi sebagai pengganti
oksigen tidak akan terlalu berpengaruh pada status pernapasan dan kondisi
klinis pasien asma akut sedang hingga berat di emergency department.
Tabel 1.
Studi Klinis Keberhasilan Heliox sebagai Terapi pada Pasien Asma
Peneliti/Tahun/Jurnal
Publikasi/Judul Penelitian
|
Jumlah Res
|
Penyakit
|
Intervensi Penelitian
|
Hasil
|
Level Evidance Based
|
Lee et al./2005/Acad Emerg Med/ Beneficial effects of Albuterol
therapy driven by Heliox versus by Oxygen in severe asthma exacerbation
|
80
|
Acute asthma Excerbation
|
Albuterol nedulized with oxygen vs. Heliox
|
Meningkatkan Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) dan score dyspnea
|
3
|
Sattonnet et al./2005/Poster/The efficacy of Helium-oxygen
mixture 65% versus 35% in acute asthma exacerbation
|
204
|
Acute asthma
|
Conventional treatment vs. heliox therapy
|
Perbaikan pada nilai spirometri, menghindari intubasi dan
memfasilitasi fase pemulihan pasien lebih cepat.
|
3
|
Gupta et al./2005/Pediatric Crit Care Med/Heliox administration
in the pediatric intensive care unit: An evidence-based review
|
Review
|
Asthma
|
Heliox therapy
|
Heliox memiliki efek positif dengan tidak memberikan efek
samping. Diperlukan studi lanjutan untuk mengidentifikasi manfaat heliox.
|
1
|
Ho et al./2003/Chest/Heliox vs. air-oxygen mixtures for the
treatment of patients with acute asthma
|
278
|
Acute asthma
|
Conventional treatment vs. Heliox
|
Manfaat ringan hingga sedang didapatkan dalam penggunaan pada
jam pertama pasien asma berat.
|
3
|
Kass et. Al/1999/Chest/ the effect of heliox in acute severe
asthma: a randomized controlled trial
|
23
|
Refractory asthma
|
Nebulized albuterol vs. steroid
|
Heliox memperbaiki parameter
|
2
|
Tabel 2:
Studi Klinis Ketidakberhasilan Heliox sebagai Terapi pada Pasien Asma
Peneliti/Tahun/Jurnal
Publikasi/Judul Penelitian
|
Jumlah Res
|
Penyakit
|
Intervensi Penelitian
|
Hasil
|
Level Evidance Based
|
Rose et al./2002/J Emerg Med/ Prospective Randomized trial of
Heliox-driven continuous nebulizer in the treatment of asthma in the
emergency department
|
36
|
Acute asthma
|
Albuterol nebulized
|
Tingginya pengaruh pada dyspnea
score namun heliox tidak mampu menunjukkan peningkatan laju pernafasan,
saturasi oksigen, PEFR, atau FEV1.
|
2
|
Rodrigo et al./2003/Chest/ Use of Helium-oxygen mixtures in the
treatment of acute asthma
|
392
|
Acute asthma
|
Conventional therapy vs. heliox
|
Tinjauan dari 7 uji klinis membandingkan efek placebo heliox
dalam hubungannya dengan perawatan standar pada pasien akut asma.
|
1
|
Bigham et al./2010/ Pediatr Crit Care Med /Helium/Oxygen-driven
albuterol nebulization in the management of children with status asthmaticus:
A randomized, placebo-controlled trial.
|
25
|
Status asthmaticus severe
|
Heliox-powered nebulized albuterol vs. oxygen-powered nebulized
albuterol (placebo)
|
Heliox tidak menunjukkan mempercepat peningkatan perbaikan
kondisi klinis pasien dan menurunkan waktu tunggu pasien di ED dibandingkan
dengan yang deiberikan oksigen. Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok.
|
2
|
E. Kesimpulan
Asma
merupakan suatu kondisi kronik yang memiliki ketidakmampuan mendasar dalam
mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan terutama pada fase
ekspirasi. Asma membutuhkan penanganan yang tepat sehingga dapat
direkomendasikan pemberian heliox (helium dan oksigen) sebagai alternative
pengganti oksigen sebagai terapi konvensional umumnya. Heliox secara umum tidak
memberikan efek samping bagi pasien. Namun, berdasar pada jurnal-jurnal yang
ada terdapat pro dan kontra dalam efektifitas heliox pada pasien asma akut
sedang dan berat di emergency department. Hasil penilaian clinical signivikansi
berdasarkan level evidence base menunjukkan heliox tidak terlalu signifikan
untuk dapat diterapkan dan memberikan perubahan pada kondisi klinis pasien
asma. Sehingga dengan atau tanpa pemberian heliox
terapi sebagai pengganti oksigen tidak akan terlalu berpengaruh pada status
pernapasan dan kondisi klinis pasien asma akut sedang hingga berat di emergency department.
F. Daftar
Pustaka
Bigham. M. T., Jacobs. B.
R., Monaco. M. A., Brili. R. J., Wells. D., Conway. E. M., Wheeler. D. S.
(2010). Helium/Oxygen-driven albuterol nebulization in the management of
children with status asthmaticus: A randomized, placebo-controlled trial.
Pediatr Crit Care Med. 11(3)
Carter. E. R., Webb. C.
R., and Moffitt. D. R. (1996). Evaluation of heloix in children hospitalized
with acute severe asthma. A randomize crossover trial. Chest. 109 (5): 1256-61.
Kass. J. E., and Terregini.
C. A. (1999). Heliox therapy in acute severe asthma; a randomized controlled
trial. Chest. 116: 296-300.
Kim. I. K., Saville. A.
L., Sikes. K. L., Corcoran. T. E. (2006). Heliox-Driven Albuterol Nebulization
for asthma exacerbations: An Overview. Respir
Care. 51(6): 613-618.
Melynyk, B. and Fineout-Overholt, E.
(2011). Evidence-based practice in
nursing & healthcare: A guide to best practice (2nd ed.). Philadelphia :
Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins.
Oxford Centre for
Evidance-Based Medicine 2011 Levels of Evidance. (2011). www.cebm.net
Papiris. S. A., MAnali. E. D.,
Kolilekas. L., triantafillidou. C., Tsangaris. I. (2009). Acute Severe Asthma;
New Approaches to Assesment and Treatment.
Adis Data Information.
Reuben. A. D., and Harris.
A. R. (2004). Heliox for asthma in the emergency department: a review of the
literature. Emerge Med J. 21(2). 131-5.
Rodrigo. G. J., Rodrigo.
C., Pollack. C. V., and Rowe. B. (2003). Use of Helium-Oxygen Mixtures in the
Treatment of Acute Asthma. CHEST. 123(3).
www.chestjournal.org
Rose. J. S., Panacek. E.
A., Miller. P. (2002). Prospective Randomized trial of Heliox-driven continuous
nebulizer in the treatment of asthma in the emergency department. J Emerg Med. 22(2): 133-7.
Sanchez Jesus. (2009). Uncontrolled
asthma: Osteopathic Manipulative Treatment Applied in Rural Setting. Journal of The American Osteopthic
Association. 19(3).
Shiue. M. D., and Gluck. E. H. (1989).
The use of helium-oxygen mixture in the support of patients with status
asthmaticus and respiratory acidosis. J.
Asthma. 26: 177-80.
Harrah's Resort Southern California - Mapyro
BalasHapusHarrah's Resort Southern 포천 출장샵 California 통영 출장마사지 locations, rates, amenities: expert 안동 출장마사지 Valley Center 전라북도 출장안마 research, only at Hotel and Travel Index. Realtime driving directions to Harrah's 광주 출장안마