Jumat, 19 September 2014

KONSEP IMUN

KONSEP IMUN
(RESPON TERHADAP TANTANGAN IMUNOLOGIS)
Oleh: Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns., M. Kep
Patofisiologi

v  Pengertian
  1. Sistem Imun terdiri atas sel dan molekul yang bertanggung jawab memberikan perlindungan terhadap tubuh dari penyakit, lebih spesifik lagi melindungi tubuh terhadap infeksi.
  2. Fungsi sistem Imun adalah memberikan kekebalan tubuh. Secara fisiologis berfungsi sebagai pembeda antara “diri sendiri” dan benda “asing (Price and Wilson, 2006).

v  Komponen-komponen dalam Sistem Limfoid
Sistem limfoid (imun) merupakan sel, jaringan, dan organ yang merupakan tempat prekursor dan turunan limfosit berasal, berdeferensiasi, mengalami pematangan dan tersangkut (Price and Wilson, 2006). 
  1. Organ limfoid Primer
       Sumsum tulang
       Timus
  1. Organ Limfoid Sekunder
       Limpa
       Jaringan tidak berkapsul (jaringan limfoid terkait Mukosa atau MALT). MALT berfungsi sebagai penjaga untuk melindungi tubuh di beberapa tempat seperti submukosa di saluran gastrointestinal (GI), napas, dan kulit. MALT dibagi berdasarkan letaknya.
-       Jaringan limfoid terkait usus (GALT) mencakup tonsil yang mencegat imunogen yang masuk melalui inhalasi atau ingesti. Imunoglobulin yang di hasilkan GALT m=bermigrasi ke saluran cerna. Saluran air mata, dan kelenjar air liur.
-       Jaringan limfoid terkait bronkus (BALT), ditemukan di percabangan saluran napas ukuran besar.
-       SALT yaitu jaringan limfoid terkait kulit ditemukan di epidermis kulit.
       Kelenjar getah bening

v  3 Fungsi Utama Sistem Imun (Price and Wilson, 2006):
  1. Pertahanan
            menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme
  1. Surveilens/Pengawasan
mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma (tumor)
  1. Homeostatis
membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat buangan sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.

v  Pertahanan Tubuh oleh Sel Darah Putih
Sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan kanker serta membantu proses penyembuhan. Sel-sel darah putih mencakup sel radang: Neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan makrofag; dan juga sel-sel respon imun: limfosit (Corwin, 2001).
  1. Neutrofil
-       Merupakan sel pertama yang tiba pada saat terjadinya inflamasi.
-       Sel-sel ini segera mulai memakan sel dan sisa-sisa sel.
  1. Eosinofil
-       muncul ditempat-tempat respon alergi
-       Berfungsi protektif bagi pejamu dengan mengakhiri respon peradangan
-       Berfungsi memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat yang lebih rendah dibandingkan neutrofil
  1. Basofil
-       Bersirkulasi dalam darah
-       Bila diaktifkan oleh cedera atau alergi akan menghasilkan histamine, bradikinin, serotionin yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler dan aliran darah ke daerah/tempat yang bersangkutan.
-       Mengeluarkan bahan alami antipembekuan heparin yang memastikan tidak terjadi koagulasi atau pembekuan terus berlangsung tanpa pengawasan.
-       Meningkat jumlahnya pada saat terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stres
-       Memiliki fungsi sangat mirip dengan sel mast (sel pencetus peradangan jaringan)

  1. Monosit - makrofag
-       Setelah berada di jaraingan dalam beberapa jam, sel ini akan matang dan menjadi makrofag. Berfungsi sebagai sel-sel fagosit yang berarti bahwa sel-sel ini dapat menelan, mencerna dan menghancurkan benda asing atau toksin dalam jumlah atau kuantitas yang lebih besar dibandingkan granulosit
  1. Limfosit
-       Limfosit terdiri dari sel-sel T dan sel B, memainkan peranan utama dalam imunitas humoral dan imunitas yang diantarai oleh sel. Sel B dan sel T berasal in utero dari sel-sel yang ditemukan di jaringan limfoid hati dan limpa. Setelah lahir, limfosit terus berproliferasi di tempat-tempat tersebut (hati dan limpa) serta di sumsum tulang, kelenjar limfe, timus dan tonsil.
-       Sel T menyusun sistem imun seluler. Pematangan sel T berlangsung selama pergerakan melalui kelenjar timus.
-       Sel B menyusun sistem imun humoral dan bersirkulasi dalam darah (Price and Wilson, 2006).

v  Respon Imun yang diperantarai oleh Sel
Respon imun merupakan reaksi pertahanan seluler yang dikembangkan untuk melindungi diri dari ancaman. Respon imun sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta menghancurkannya (Price and Wilson, 2006).
Respon imun berawal sewaktu sel B atau sel T berikatan, seperti kunci dengan gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai benda asing. Protein yang dapat berikatan dengan sel B atau sel T disebut antigen. Apabila suatu antigen menyebabkan sel T atau B menjadi aktif, bermultiplikasi dan berdiferensiasi lebih lanjut, maka antigen itu dikatakan bersifat imunogenik  (Corwin, 2001).
Dua respon yang dikenal dalamm sistem limfoid atau sistem imun adalah imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas selular atau respon imun selular adalah respon imun yang dilaksanakan oleh Sel T (Price and Wilson, 2006).
Imunitas humoral atau imunitas yang diperantarai oleh antibodi adalah imunitas spesifik yang diperantarai oleh sel B.


  1. Respon Sel T tehadap Antigen
Sewaktu berikatan dengan antigen imunogenik, sel T terangsang untuk berreproduksi. Hal ini menghasilkan paling sedikit 5 (lima) subtipe sel T yang mampu bekerja pada satu antigen (Corwin, 2001), yaitu:
1)    Sel T Sitotoksik
Secara langsung menghancurkan antigen dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia toksik. Bahan-bahan kimia ini melubagi sel-sel yang membawa antigen. Sel T toksik disebut sel CD8 atau sel pembunuh.
2)    Sel T Hipersensitivitas Tipe Lambat
Merangsang sel-sel peradangan, misalnya makrofag, untuk berpartisipasi dalam respon antigen. Sel-sel hipersensitifitas tipe lambat melakukannya dengan mengeluarkan berbagai mediator kimiawi yang disebut limfokin.
3)    Sel T Helper
Mensekresi bahan-bahan kimia yang penting untuk merangsang respon sel T lainnya. Sel-sel penolong merangsang respon imun humoral dan penting untuk keberhasilan sel B menghancurkan mikroorganisme. Sel-sel ini disebut T4 atau CD4.
4)    Sel T Penekan
Penting untuk menghentikan baik respon imun seluler ataupun respon imun humoral. Apabila fungsi sel T penekan  terganggu, maka reaksi imun dapat menjadi tidak terkontrol dan diarahkan terhadap antigen-antigen diri (self).
5)    Sel T Pengingat
Memungkinkan pejamu untuk berespon segera terhadao antigen berikutnya.

  1. Respon Sel B terhadap Antigen
Apabila sel B berikatan dengan antigen spesifiknya untuk pertama kali, maka sel tersebut mengalami langkah pematangan akhir dan menjadi sel plasma atau sel pengingat (memory cell) (Corwin, 2001).
1)    Sel Plasma
-       Ditemukan di dalam peredaran darah, limpa, dan tempat-tempat yang terinfeksi atau peradangan.
-       Berespon terhadap suatu antigen dengan menghasilkan antibodi  yang berikatan dengan antigen yang bersangkutan. Antibodi disebut Imunoglobulin. Terdapat paling sedikit lima (5) imunoglobulinj yang terbentuk sebagi respon terhadap suatu antigen:
a)    IgG:
o   immunoglobulin yang terbanyak di dalam plasma (80% dari semua immunoglobulin dalam darah)
o   Imunoglobulin utama yang dapat melewati plasenta dari ibu ke janin
o   sebagai pertahanan primer terhadap bakteri piogenik
o   memfiksasi komplemen
o   bertanggung jawab atas respon imun sekunder
b)    IgA:
o   Melindungi permukaan tubuh dan membrane mukosa
o   Paling banyak terdapat di air liur, mukus vagina, air susu, sekresi saluran cerna dan paru, dan semen.
o   Bekerja secara lokal
o   IgA ibu disalurkan kepada bayinya saat menyusui
c)    IgM:
o   Immunoglobulin pertama yang dihasilkan pada respon imun primer
o   Memfiksasi komplemen
o   Bertanggung jawab atas reaksi antigen-antibodi ABO.
d)    IgD:
o   Konsentrasi rendah dalam darah
o   Membantu diferensiasi sel B tetapi kerjanya masih belum jelas
e)    IgE:
o   Merupakan molekul sitofilik yang berikatan dengan sel mast (alergi) dan basofil
o   Terlibat dalam hipersnsitivitas tipe I.
2)    Sel Pengingat
Sel B yang menjadi pengingat akan bersirkulais terus di dalam darah. Sel-sel ini akan menjadi aktif segera setelah terjadi pajanan baru ke antigen dan mengaktifkan respon imun  secara cepat (Corwin, 2001).

v  Imunitas
Merupakan Daya tahan tubuh untuk melawan atau sebagai perlindungan atau kekebalan. Imunitas memiliki sifat daya ingat dan spesifisitas.
  1. Daya ingat à  meningkatnya kemampuan untuk berespon terhadap suatu antigen (suatu sel atau molekul yang memicu respon imun à immunogen) karena pernah terpajan ke antigen tersebut.
  2. Spesifisitas à sifat yang diperhatikan oleh sel-sel sistem imun sebagai kemampuan untuk bereaksi hanya kepada hanya satu determinan asing

v  Tipe Imunitas:
  1. Imunitas Alami
Merupakan imunitas yang pertama kali menghadapi pathogen asing yang masuk. Imunitas alami disebut juga imunitas non spesifik. Karena tidak dapat membedakan masing-masing mikroba yang datang. Terdiri dari 4 tipe;  
          Pertahanan fisik: kulit, mukosa, silia
          Pertahanan Kimia: air mata, mukus, saliva
Getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam sekret kalenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja secara nonspesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh.

          Sel fagositik; seperti neutrofil, makrofag, sel natular killer (NK)
          Protein dalam darah; termasuk sistem komplemen, mediator inflamasi
          Sel sitokin; suatu protein yang meregulasi aktivasi sel imun lain


  1. Imunitas didapat:
Merupakan sistem kekebalan tubuh yang dapat bereaksi dengan sangat cepat dan sangat baik terhadap mikroba yang telah dikenali sebelumnya. Imunitas didapat ini dapat ‘mengingat” suatu antigen dan dapat bereaksi dengan sangat cepat terhadap antigen tersebut. Imunitas didapat disebut juga imunitas spesifik.
a.    Aktif
Respon imun selular dan humoral yang dibentuk seseorang yang telah terpajan oleh suatu mikroorganisme atau toksin. Pajanan dapat terjadi karena proses penyakit atau akibat imunisasi. Imunitas akitf ditandai oleh memori aktif oleh sel T dan sel B dan pembentukan sel T dan antibodi spesifik.  
b.    Pasif
Mengacu pada imunitas yang diberikan kepada seseorang melalui transfer antibodi dari orang lain atau pemberian antitoksi yang diperispakan. Antitoksi adalah antibodi yang diproduksi secara spesifik terhadap toksi bakteri tertentu.
Contoh:
1)    Imunitas pasif terjadi apabila antibodi IgG ibu melintasi plasenta atau saat IgA atau IgM diberikan melalui air susu.
2)    Seseorang yang terkena bisa dapat diberikan antibisa
           
v  Tahapan aktivitas sel PertahananTubuh dalam menghadapi  zat asing
  1. Pengenalan antigen
Sel-sel darah putih akan mengenali antigen / zat asing, kemudian menandai bentuk, molekul protein dan molekul lain pada permukaan sel. Dapat dibedakan antara sel diri sendiri dan bukan diri sendiri (sel asing)
  1. Komunikasi antar sel
Leukosit yang sudah mengenali molekul asing (misalnya berupa bakteri maupun mikroorganisme lain) selanjutnya menginformasikan kepada sel-sel pertahanan tubuh lain bahwa antigen telah datang. Komunikasi antar sel tersebut diperantarai oleh sitokin (suatu protein yang disekresi oleh sel bernukleus).


  1. Mengalahkan penyerang
Sel penyerang / antigen akan dilemahkan dengan protein spesifik yang diproduksi oleh sel pertahanan tubuh yang disebut antibody. Antibodi akan mengikat antigen sehingga mudah dihancurkan oleh leukosit.

v  Pertahanan Lapis Pertama:
       Kulit (mensekresi asam lemak dan keringat yang mengandung garam sehingga menghambat laju bakteri)
       Membran mukosa (saluran pernapasan yang menyekresi lendir akan memerangkap bakteri)
       Sekresi alami (Liur dan air mata mengandung lisozim. Asam di lambung dapat membunuh bakteri yang masuk lewat makanan. ASI (air susu ibu) mengandung laktoperoksidase. Cairan sperma mengandung spermin.)
       Bakteri alami (Secara normal pada kulit, saluran pencernaan, dan saluran kelamin terdapat beberapa jenis bakteri alami yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen)

v  Pertahanan Lapis kedua:
       Fagosit dan sel pembunuh alami (mampu menghancurkan materi asing, ex. neutrofil & monosit)
       Protein komplemen (ketika antibodi terbentuk, protein komplementer akan menempel pada mikrob)
       Interferon (beberapa sel menyekresi interferon untuk membuat sel kebal terhadap partikel virus)
       Sitokin (pembawa pesan antarsel untuk kekebalan, bekerjasama dengan SSP & sistem jaringan lain. Sel dapat merespons pesan jika sitokin punya reseptor yang cocok)
       Inflamasi (reaksi akibat timbulnya infeksi dan terbukanya arteriol disekitar daerah yang terluka sehingga suplai darah ke daerah yang terluka meningkat. Dikontrol oleh enzim dan beberapa komponen lainnya, seperti serotonin, platelet, dan basofil).

v  Ringkasan Reaksi  Hipersenstifitas
Reaksi hipersensitivitas adalah respon peradangan dan imun yang abnormal. Reaksi hipersensitivitas yaitu respon berlebihan sehingga menimbulkan reaksi alergi. Dipicu overproduksi IgE; kompleks IgE-Ag mengaktifkan sel mast mengalami degranulasi menghasilkan histamin sehingga menimbulkan reaksi alergi. Terdapat empat (4) jenis hipersensitivitas, yaitu:

Tabel: Tipe Reaksi Hipersensitivitas (Price and Wilson; Corwin, 2006; 2001)
Tipe
Mekanisame
Contoh
Tipe  I : Anafilaktik
a.      Antigen bereaksi dengan antibodi  IgE yang terikat ke permukaan sel mast
b.      Menyebabkan pelepasan mediator dan efek mediator
c.      Diperantarai sistem imun humoral
a.    Analfilaksis à alergi pinisilin à gatal, keram abdomen, kemerahan kulit, ggn saluran cerna, kesulitan bernapas.
b.    Alergi saluran napas à kongesti hidung dan peradangan jaringan.
c.    Bisa seranggga à gigitan lebah
TIpe II : Sitotoksik
a.    Berikatan dengan IGG atau IgM
b.    Antibodi berikatan dengan antigen yang merupakan bagian dari sel atau jaringan tubuh;
c.    Terjadi pengaktifan komplemen, degranulasi sel mast, edema, kerusakan jaringan, dan lisis.
d.    Menyebabkan fagositosis sel sasaran oleh makrofag.
e.    Diperantarai sistem imun humoral
a.    Anemia hemolitik otoimun à antibodi dibentuk terhadap sel darah merah
b.    Penyakit Graveà terjadi pembentukan antibody pada kelenjar tiroid.
c.    Inkompatibilitas tranfusi darah Rh dan ABO à terjadi pembentukan antibodi pada darah donor
d.    Purpura trombositopeni otoimun à terjadi pembentukan antibodi terhadap tremobosit.
Tipe III : Kompleks Imun
a.    Melibatkan IgG atau IgM.
b.    Penyatuan antigen dan antibodi membentuk suatu kompleks yang mengaktifkan komplemen,
c.    Menarik leukosit,
d.    Menyebabkan kerusakan jaringan oleh produk-produk leukosit.
e.    Diperantarai sistem imun humoral
a.    Serum sickness/penyakit serum à terbentuk antibodi terhadap darah asing sering sebagai respon penggunaan obat intravena.
b.    Glomerulonefritis à terbentuk kompleks antigen-antibodi sebagai respon terhadap suatu infeksi biasnaya akibat bakteri streptokokus yang mengendap di kapiler glomerulus ginjal.
c.    Lesi pada lupus eritematosus sistemik à terbentuk kompleks antigen antibodi  terhadap kolagen dan DNA sel dan mengendap diberbagai tempat di seluruh tubuh.
Tipe IV : Diperantarai Sel
a.    Antibodi tidak turut terlibat dalam reaksi hipersensitivitas tipe IV
b.    Reaksi limfosit T dengan antigen menyebabkan pelepasan limfokin, sitotoksisitas langsung, dan pengerahan sel-sel reaktif.
c.    Diperantarai oleh sistem imun seluler
a.    Dermatitis kontak alergi
b.    Penolakan transplant organ
c.    Lesi/uji kulit tuberculosis à mengisyaratkan adanya imunitas seluler terhadap basil tuberculosis.


Daftar Pustaka:
  1. Price, S., A and Wilson, L., M. (2006). Patofifiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
  2. Corwin, E., J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar