KONSEP
IMUN
(RESPON
TERHADAP TANTANGAN IMUNOLOGIS)
Oleh: Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns., M. Kep
Patofisiologi
v
Pengertian
- Sistem Imun terdiri atas sel dan
molekul yang bertanggung jawab memberikan perlindungan terhadap tubuh dari
penyakit, lebih spesifik lagi melindungi tubuh terhadap infeksi.
- Fungsi sistem Imun adalah memberikan
kekebalan tubuh. Secara fisiologis berfungsi sebagai pembeda antara “diri
sendiri” dan benda “asing (Price
and Wilson, 2006).
v
Komponen-komponen dalam Sistem Limfoid
Sistem limfoid (imun) merupakan sel,
jaringan, dan organ yang merupakan tempat prekursor dan turunan limfosit
berasal, berdeferensiasi, mengalami pematangan dan tersangkut (Price and Wilson, 2006).
- Organ limfoid Primer
•
Sumsum
tulang
•
Timus
- Organ Limfoid Sekunder
•
Limpa
•
Jaringan
tidak berkapsul (jaringan limfoid terkait Mukosa atau MALT). MALT berfungsi
sebagai penjaga untuk melindungi tubuh di beberapa tempat seperti submukosa di
saluran gastrointestinal (GI), napas, dan kulit. MALT dibagi berdasarkan
letaknya.
-
Jaringan
limfoid terkait usus (GALT) mencakup tonsil yang mencegat imunogen yang masuk
melalui inhalasi atau ingesti. Imunoglobulin yang di hasilkan GALT m=bermigrasi
ke saluran cerna. Saluran air mata, dan kelenjar air liur.
-
Jaringan
limfoid terkait bronkus (BALT), ditemukan di percabangan saluran napas ukuran
besar.
-
SALT
yaitu jaringan limfoid terkait kulit ditemukan di epidermis kulit.
•
Kelenjar
getah bening
v
3 Fungsi Utama Sistem Imun (Price and Wilson, 2006):
- Pertahanan
menghasilkan resistensi terhadap
agen penginvasi seperti mikroorganisme
- Surveilens/Pengawasan
mengidentifikasi dan menghancurkan
sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma (tumor)
- Homeostatis
membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat
buangan sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.
v Pertahanan Tubuh oleh Sel Darah Putih
Sel darah
putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan kanker serta membantu proses
penyembuhan. Sel-sel darah putih mencakup sel radang: Neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit dan makrofag; dan juga sel-sel respon imun: limfosit
(Corwin, 2001).
- Neutrofil
-
Merupakan sel pertama yang tiba pada saat terjadinya
inflamasi.
-
Sel-sel ini segera mulai memakan sel dan sisa-sisa sel.
- Eosinofil
-
muncul
ditempat-tempat respon alergi
-
Berfungsi
protektif bagi pejamu dengan mengakhiri respon peradangan
-
Berfungsi
memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat yang lebih rendah dibandingkan
neutrofil
- Basofil
-
Bersirkulasi
dalam darah
-
Bila
diaktifkan oleh cedera atau alergi akan menghasilkan histamine, bradikinin,
serotionin yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler dan aliran darah ke
daerah/tempat yang bersangkutan.
-
Mengeluarkan
bahan alami antipembekuan heparin yang memastikan tidak terjadi koagulasi atau
pembekuan terus berlangsung tanpa pengawasan.
-
Meningkat jumlahnya pada saat terjadi reaksi alergi dan
respon terhadap stres
-
Memiliki fungsi sangat mirip dengan sel mast (sel
pencetus peradangan jaringan)
- Monosit - makrofag
-
Setelah berada di jaraingan dalam beberapa jam, sel ini
akan matang dan menjadi makrofag. Berfungsi sebagai sel-sel fagosit yang
berarti bahwa sel-sel ini dapat menelan, mencerna dan menghancurkan benda asing
atau toksin dalam jumlah atau kuantitas yang lebih besar dibandingkan
granulosit
- Limfosit
-
Limfosit terdiri dari sel-sel T dan sel B, memainkan
peranan utama dalam imunitas humoral dan imunitas yang diantarai oleh sel. Sel
B dan sel T berasal in utero dari sel-sel yang ditemukan di jaringan limfoid
hati dan limpa. Setelah lahir, limfosit terus berproliferasi di tempat-tempat
tersebut (hati dan limpa) serta di sumsum tulang, kelenjar limfe, timus dan
tonsil.
-
Sel T menyusun sistem imun seluler. Pematangan sel T
berlangsung selama pergerakan melalui kelenjar timus.
-
Sel B menyusun sistem imun humoral dan bersirkulasi dalam
darah (Price and Wilson,
2006).
v
Respon Imun yang diperantarai oleh Sel
Respon imun merupakan
reaksi pertahanan seluler yang dikembangkan untuk melindungi diri dari ancaman.
Respon imun sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas,
serta menghancurkannya (Price
and Wilson, 2006).
Respon imun
berawal sewaktu sel B atau sel T berikatan, seperti kunci dengan
gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai
benda asing. Protein yang dapat berikatan dengan sel B atau sel T disebut
antigen. Apabila suatu antigen menyebabkan sel T atau B menjadi aktif,
bermultiplikasi dan berdiferensiasi lebih lanjut, maka antigen itu dikatakan
bersifat imunogenik (Corwin, 2001).
Dua respon
yang dikenal dalamm sistem limfoid atau sistem imun adalah imunitas seluler dan
imunitas humoral. Imunitas selular atau respon imun selular adalah respon imun
yang dilaksanakan oleh Sel T (Price
and Wilson, 2006).
Imunitas
humoral atau imunitas yang diperantarai oleh antibodi adalah imunitas spesifik
yang diperantarai oleh sel B.
- Respon Sel T
tehadap Antigen
Sewaktu berikatan dengan antigen
imunogenik, sel T terangsang untuk berreproduksi. Hal ini menghasilkan paling
sedikit 5 (lima) subtipe sel T yang mampu bekerja pada satu antigen (Corwin,
2001), yaitu:
1)
Sel
T Sitotoksik
Secara langsung menghancurkan antigen dengan
mengeluarkan bahan-bahan kimia toksik. Bahan-bahan kimia ini melubagi sel-sel
yang membawa antigen. Sel T toksik disebut sel CD8 atau sel pembunuh.
2)
Sel
T Hipersensitivitas Tipe Lambat
Merangsang sel-sel peradangan,
misalnya makrofag, untuk berpartisipasi dalam respon antigen. Sel-sel
hipersensitifitas tipe lambat melakukannya dengan mengeluarkan berbagai
mediator kimiawi yang disebut limfokin.
3)
Sel
T Helper
Mensekresi bahan-bahan kimia yang
penting untuk merangsang respon sel T lainnya. Sel-sel penolong merangsang
respon imun humoral dan penting untuk keberhasilan sel B menghancurkan
mikroorganisme. Sel-sel ini disebut T4 atau CD4.
4)
Sel
T Penekan
Penting untuk menghentikan baik respon
imun seluler ataupun respon imun humoral. Apabila fungsi sel T penekan terganggu, maka reaksi imun dapat menjadi
tidak terkontrol dan diarahkan terhadap antigen-antigen diri (self).
5)
Sel
T Pengingat
Memungkinkan pejamu untuk berespon
segera terhadao antigen berikutnya.
- Respon Sel B
terhadap Antigen
Apabila sel B berikatan dengan antigen
spesifiknya untuk pertama kali, maka sel tersebut mengalami langkah pematangan
akhir dan menjadi sel plasma atau sel pengingat (memory cell) (Corwin, 2001).
1)
Sel
Plasma
-
Ditemukan
di dalam peredaran darah, limpa, dan tempat-tempat yang terinfeksi atau
peradangan.
-
Berespon
terhadap suatu antigen dengan menghasilkan antibodi yang berikatan dengan antigen yang
bersangkutan. Antibodi disebut Imunoglobulin.
Terdapat paling sedikit lima (5) imunoglobulinj yang terbentuk sebagi respon
terhadap suatu antigen:
a)
IgG:
o
immunoglobulin
yang terbanyak di dalam plasma (80% dari semua immunoglobulin dalam darah)
o
Imunoglobulin
utama yang dapat melewati plasenta dari ibu ke janin
o
sebagai
pertahanan primer terhadap bakteri piogenik
o
memfiksasi
komplemen
o
bertanggung
jawab atas respon imun sekunder
b)
IgA:
o
Melindungi
permukaan tubuh dan membrane mukosa
o
Paling
banyak terdapat di air liur, mukus vagina, air susu, sekresi saluran cerna dan
paru, dan semen.
o
Bekerja
secara lokal
o
IgA
ibu disalurkan kepada bayinya saat menyusui
c)
IgM:
o
Immunoglobulin
pertama yang dihasilkan pada respon imun primer
o
Memfiksasi
komplemen
o
Bertanggung
jawab atas reaksi antigen-antibodi ABO.
d)
IgD:
o
Konsentrasi
rendah dalam darah
o
Membantu
diferensiasi sel B tetapi kerjanya masih belum jelas
e)
IgE:
o
Merupakan
molekul sitofilik yang berikatan dengan sel mast (alergi) dan basofil
o
Terlibat
dalam hipersnsitivitas tipe I.
2)
Sel
Pengingat
Sel B yang menjadi pengingat akan
bersirkulais terus di dalam darah. Sel-sel ini akan menjadi aktif segera
setelah terjadi pajanan baru ke antigen dan mengaktifkan respon imun secara cepat (Corwin, 2001).
v
Imunitas
Merupakan Daya tahan tubuh untuk
melawan atau sebagai perlindungan atau kekebalan. Imunitas memiliki sifat daya
ingat dan spesifisitas.
- Daya ingat à
meningkatnya kemampuan untuk berespon terhadap suatu antigen (suatu
sel atau molekul yang memicu respon imun à immunogen) karena pernah
terpajan ke antigen tersebut.
- Spesifisitas à sifat yang diperhatikan oleh
sel-sel sistem imun sebagai kemampuan untuk bereaksi hanya kepada hanya
satu determinan asing
v
Tipe Imunitas:
- Imunitas
Alami
Merupakan
imunitas yang pertama kali menghadapi pathogen asing yang masuk. Imunitas alami
disebut juga imunitas non spesifik. Karena tidak dapat membedakan masing-masing
mikroba yang datang. Terdiri dari 4 tipe;
•
Pertahanan
fisik: kulit, mukosa,
silia
•
Pertahanan
Kimia: air mata,
mukus, saliva
Getah
lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva)
dan substansi dalam sekret kalenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja
secara nonspesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh.
•
Sel
fagositik; seperti neutrofil, makrofag, sel natular killer (NK)
•
Protein
dalam darah; termasuk
sistem komplemen, mediator inflamasi
•
Sel
sitokin; suatu
protein yang meregulasi aktivasi sel imun lain
- Imunitas
didapat:
Merupakan sistem kekebalan tubuh yang
dapat bereaksi dengan sangat cepat dan sangat baik terhadap mikroba yang telah
dikenali sebelumnya. Imunitas didapat ini dapat ‘mengingat” suatu antigen dan
dapat bereaksi dengan sangat cepat terhadap antigen tersebut. Imunitas didapat
disebut juga imunitas spesifik.
a.
Aktif
Respon imun selular dan humoral yang
dibentuk seseorang yang telah terpajan oleh suatu mikroorganisme atau toksin. Pajanan
dapat terjadi karena proses penyakit atau akibat imunisasi. Imunitas akitf
ditandai oleh memori aktif oleh sel T dan sel B dan pembentukan sel T dan
antibodi spesifik.
b.
Pasif
Mengacu pada imunitas yang diberikan
kepada seseorang melalui transfer antibodi dari orang lain atau pemberian
antitoksi yang diperispakan. Antitoksi adalah antibodi yang diproduksi secara
spesifik terhadap toksi bakteri tertentu.
Contoh:
1)
Imunitas
pasif terjadi apabila antibodi IgG ibu melintasi plasenta atau saat IgA atau IgM
diberikan melalui air susu.
2)
Seseorang
yang terkena bisa dapat diberikan antibisa
v Tahapan aktivitas sel PertahananTubuh
dalam menghadapi zat asing
- Pengenalan
antigen
Sel-sel darah putih akan mengenali antigen
/ zat asing, kemudian menandai bentuk, molekul protein dan molekul lain pada
permukaan sel. Dapat dibedakan antara sel diri sendiri dan bukan diri sendiri
(sel asing)
- Komunikasi
antar sel
Leukosit yang sudah mengenali molekul asing
(misalnya berupa bakteri maupun mikroorganisme lain) selanjutnya menginformasikan
kepada sel-sel pertahanan tubuh lain bahwa antigen telah datang. Komunikasi
antar sel tersebut diperantarai oleh sitokin (suatu protein yang
disekresi oleh sel bernukleus).
- Mengalahkan
penyerang
Sel penyerang / antigen akan dilemahkan
dengan protein spesifik yang diproduksi oleh sel pertahanan tubuh yang disebut antibody.
Antibodi akan mengikat antigen sehingga mudah dihancurkan oleh leukosit.
v
Pertahanan Lapis Pertama:
•
Kulit
(mensekresi asam lemak dan keringat yang mengandung garam sehingga menghambat
laju bakteri)
•
Membran
mukosa (saluran pernapasan yang menyekresi lendir akan memerangkap bakteri)
•
Sekresi
alami (Liur dan air mata mengandung lisozim. Asam di lambung dapat membunuh
bakteri yang masuk lewat makanan. ASI (air susu ibu) mengandung
laktoperoksidase. Cairan sperma mengandung spermin.)
•
Bakteri
alami (Secara normal pada kulit, saluran pencernaan, dan saluran kelamin
terdapat beberapa jenis bakteri alami yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
patogen)
v
Pertahanan Lapis kedua:
•
Fagosit
dan sel pembunuh alami (mampu menghancurkan materi asing, ex. neutrofil &
monosit)
•
Protein
komplemen (ketika antibodi terbentuk, protein komplementer akan menempel pada
mikrob)
•
Interferon
(beberapa sel menyekresi interferon untuk membuat sel kebal terhadap partikel
virus)
•
Sitokin
(pembawa pesan antarsel untuk kekebalan, bekerjasama dengan SSP & sistem
jaringan lain. Sel dapat merespons pesan jika sitokin punya reseptor yang
cocok)
•
Inflamasi
(reaksi akibat timbulnya infeksi dan terbukanya arteriol disekitar daerah yang
terluka sehingga suplai darah ke daerah yang terluka meningkat. Dikontrol oleh
enzim dan beberapa komponen lainnya, seperti serotonin, platelet, dan basofil).
v
Ringkasan Reaksi Hipersenstifitas
Reaksi hipersensitivitas adalah respon
peradangan dan imun yang abnormal. Reaksi hipersensitivitas yaitu respon
berlebihan sehingga menimbulkan reaksi alergi. Dipicu overproduksi IgE;
kompleks IgE-Ag mengaktifkan sel mast mengalami degranulasi menghasilkan
histamin sehingga menimbulkan reaksi alergi. Terdapat empat (4) jenis
hipersensitivitas, yaitu:
Tabel: Tipe Reaksi Hipersensitivitas (Price
and Wilson; Corwin, 2006; 2001)
Tipe
|
Mekanisame
|
Contoh
|
Tipe I : Anafilaktik
|
a.
Antigen
bereaksi dengan antibodi IgE yang
terikat ke permukaan sel mast
b.
Menyebabkan
pelepasan mediator dan efek mediator
c.
Diperantarai
sistem imun humoral
|
a.
Analfilaksis
à alergi pinisilin à gatal, keram abdomen, kemerahan
kulit, ggn saluran cerna, kesulitan bernapas.
b.
Alergi
saluran napas à kongesti hidung dan peradangan jaringan.
c.
Bisa
seranggga à gigitan lebah
|
TIpe
II : Sitotoksik
|
a.
Berikatan
dengan IGG atau IgM
b.
Antibodi
berikatan dengan antigen yang merupakan bagian dari sel atau jaringan tubuh;
c.
Terjadi
pengaktifan komplemen, degranulasi sel mast, edema, kerusakan jaringan, dan
lisis.
d.
Menyebabkan
fagositosis sel sasaran oleh makrofag.
e.
Diperantarai
sistem imun humoral
|
a.
Anemia
hemolitik otoimun à antibodi dibentuk terhadap sel darah merah
b.
Penyakit
Graveà terjadi pembentukan antibody pada kelenjar tiroid.
c.
Inkompatibilitas
tranfusi darah Rh dan ABO à terjadi pembentukan antibodi pada
darah donor
d.
Purpura
trombositopeni otoimun à terjadi pembentukan antibodi terhadap tremobosit.
|
Tipe
III : Kompleks Imun
|
a.
Melibatkan
IgG atau IgM.
b.
Penyatuan
antigen dan antibodi membentuk suatu kompleks yang mengaktifkan komplemen,
c.
Menarik
leukosit,
d.
Menyebabkan
kerusakan jaringan oleh produk-produk leukosit.
e.
Diperantarai
sistem imun humoral
|
a.
Serum
sickness/penyakit serum à terbentuk antibodi terhadap darah asing sering sebagai
respon penggunaan obat intravena.
b.
Glomerulonefritis
à terbentuk kompleks antigen-antibodi sebagai respon
terhadap suatu infeksi biasnaya akibat bakteri streptokokus yang mengendap di
kapiler glomerulus ginjal.
c.
Lesi
pada lupus eritematosus sistemik à terbentuk kompleks antigen antibodi terhadap kolagen dan DNA sel dan mengendap
diberbagai tempat di seluruh tubuh.
|
Tipe
IV : Diperantarai Sel
|
a.
Antibodi
tidak turut terlibat dalam reaksi hipersensitivitas tipe IV
b.
Reaksi
limfosit T dengan antigen menyebabkan pelepasan limfokin, sitotoksisitas
langsung, dan pengerahan sel-sel reaktif.
c.
Diperantarai
oleh sistem imun seluler
|
a.
Dermatitis
kontak alergi
b.
Penolakan
transplant organ
c.
Lesi/uji
kulit tuberculosis à mengisyaratkan adanya imunitas seluler terhadap basil
tuberculosis.
|
Daftar Pustaka:
- Price, S., A and Wilson, L., M.
(2006). Patofifiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
- Corwin, E., J. (2001). Buku Saku
Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar