ESSAY
ANALISIS GAMBARAN PEMBIMBINGAN KLINIK
MAHASISWA KEPERAWATAN
DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian
Tengah Semester (UTS)
Pendidikan Keperawatan Klinik
Dosen: Ns. Yulian Wiji Utami,
S. Kp., M. Kes
Oleh:
ANISSA CINDY NURUL AFNI
126070300111015
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
ANALISIS GAMBARAN PEMBIMBINGAN KLINIK
MAHASISWA KEPERAWATAN
DI INDONESIA
Sejauh
ini, pendidikan keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan diri mencari dan
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar
setiap mahasiswa keperawatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat
yang menunjang kompetensi mereka dalam pemberian pelayanan profesional
nantinya. Keberhasilan mahasiswa dalam pembelajarana klinik dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya: pembimbing klinik, proses bimbingan klinik, metode
yang digunakan dalam bimbingan, kelengkapan sarana, dan terakhir kerjasama
klien dan keluarga selama mahasiswa praktik klinik (Ekawati, 2008).
Dalam
meningkatkan keterampilan dan perubahan
sikap, diperlukan adanya pengalaman belajar lapangan yang diselenggrakan dengan
benar dalam tatanan pelayanan keperawatan profesional yang sesungguhnya. Selain
itu, diperlukan lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran
bagi calon-calon perawat. Kesemuanya membutuhkan sarana agar kompetensi dan
keterampilan yang aka dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran
praktik klinik berhubungan sangat kuat dengan peran pengajar dilingkungan
klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kepercayaan diri
mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya ketergantungan dan kepercayaan
terhadap pengajar. Oleh karena itu kemampuan mahasiswa selama pembelajaran
klinik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik.
Dalam
praktik klinik di rumah sakit, salah satu sarananya adalah dengan metode mentorship.
Yaitu sebuah metode dimana mahasiswa di damping oleh seorang pembimbing klinik
“mentor” yang melakukan menthorship guna mencapai tujuan pembelajaran.
Penelitian
yang dilakukan oleh Syafruddin (2002) mengenai “Telaah praktek klinik
keperawatan mahasiswa akademi keperawatan depkes Palembang di Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang 2002” menunukkan bahwa perumusan praktik klinik keperawatan yang terpadu dikarenakan
belum adanya keterlibatan berbagai pihak terutama rumah sakit dan akademik.
Hambatan dalam proses bimbingan di rumah sakit ini adalah belum optimalnya
instruktur klinik dalam melakukan bimbingan terhadap mahasiswa. Selain itu,
belum memadaianya perencanaan fasilitas khusus mahasiswa dalam berpraktik baik
dari rumah sakit maupun dari akademik.
Gambaran
yang sejak dulu ada di Indonesia adalah kurangnya koordinasi antara pihak akademik
dengan rumah sakit. Dimulai dengan perbedaan SOP (Standr Operasional Prosedur)
antara yang diajarkan di akademik dengan kondisi nyata di klinik hingga
penerapan proses pembimbingan klinik yang tidak efektif. Banyak sekali wacana
yang muncul terkait masalah proses bimbingan klinik mahasiswa di rumah sakit.
Untuk
meningkatkan proses bimbingan, beberapa rumah sakit di Indonesia mulai
menerapkan proses pembimbingan dengan mentorship. Mentorship ini telah lama
digunakan dalam pendidikan keperawatan terutama di luar negeri. Hasil survey
oleh Block dan Korow pada tahun 2005 menyatakan pelaksaan mentorship dapat
mengatasi kekurangan tenaga perawat, meningkatkan kepuasan perawat serta
memperbaiki kualitas pelayanan (Emil, dan Hema, 2008). Literature juga menyebutkan
penerapan mentorship di luar negeri mampu meningkatkan pencapaian kompetensi
peserta didik. Di Indonesia sendiri, metode ini belum begitu banyak
diaplikasikan terutama di pendidikan keperawatan (Emil, dan Hema, 2008).
Penelitian
yang dilakukan oleh Emil dan Hema (2008) melaporkan adanya perubahan pencapaian
kompetensi yang lebih cepat, dan tepat ketika mahasiswa mulai melakukan proses
bimbingan dengan metode mentorship. Mahasiswa lebih percaya diri ketika
melakukan asuha keperawatan kepada pasien baik itu secara kompetensi maupun
komunikasi terpetik terhadap pasien.
Penelitian
yang dilakukan oleh Linda dan Chandra (2012) mengenai “Tingkat Kepuasan
Bimbingan Klinik Mahasiswa Keperawatan” memberikan hasil 59,6 % responden puas
terhadap bimbingan klinik yang mereka terima selama praktik klinik di rumah
sakit oleh pembimbing klinik dan sisanya 40,4 % menyatakan kurang puas terhadap
bimbingan klinik. Studi pendahuluan yang dilakukan kepada 11 mahasiswa sebelum
dilakukannya penelitian ini juga 5 mahasiswa menyatakan kurang puas dengan
bimbingan klinik yang diterima. Mahasiswa yang menyatakan kurang puas terhadap
bimbingan klinik beranggapan bahwa pembimbing klinik kurang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi.
Dalam
penelitiannya juga 45,6 % responden menyebutkan kurangnya empati dari
pembimbing klinik kepada mahasiswa. Kondisi seperti ini banyak dijumpai di
rumah sakit-rumah sakit tempat mahasiswa berpraktik. Penyebab umum yang sering
dijumpai adalah jumlah mahasiswa yang terlalu banyak berpraktik dalam satu
ruang dan kurangnya fasilitator atau mentor dalam membimbing mahasiswa di
ruangan. Selain itu, banyaknya kegiatan perawat ruangan yang tidak dapat
ditinggalkan sehingga mahasiswa hampir terabaikan.
Mahasiswa
yang tidak puas dengan bimbingan klinik yang diterima dapat berdampak pada
kepercayaan diri mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarga. Kompetensi pencapaian mahasiswa dalam kondisi seperti ini juga
cenderung tidak terpenuhi sehingga mempengaruhi kualitas keluaran mahasiswa
setelah selesai praktik klinik. Selain masalah proses bimbingan, kebutuhan akan
SOP yang tepat dan sesuai antara klinik
dan akademik juga menjadi sarana bagi mahasiswa untuk lebih cepat beradaptasi
dengan kondisi di klinik. Karena sejauh ini yang terjadi SOP dalam tindakan
keperawatan antara yang diperoleh mahasiswa dengan di klinik memiliki
perbedaan.
Gambaran
proses bimbingan klinik mahasiswa keperawatan di Indonesia masih banyak
memiliki kekurangan baik dari akademik maupun dari klinik. Mulai
dikembangkannya metode mentorship dalam pembelajaran klinik di Indonesia akan
sangat membantu meningkatkan pencapaian kompetensi bagi mahasiswa keperawatan
dalam berpraktik. Namun dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terutama
akademik dan rumah sakit guna mewujudkan prose pembimbingan yang tepat bagi
mahasiswa.
Daftar Pustaka
Ekawati, H.
(2008). Hubungan antara persepsi penerapan metode bimbingan klinik dengan
tingkat kepuasan mahassiswa dalam pengalaman belajar klinik di RSUD Dr. Soegiri
Lamongan. www.pasca.uns.ac.id
Linda, K, A.,
dan Chandra, B, R. (2012). Tingkat kepuasan bimbingan klinik mahasiswa
keperawatan. Jurnal Nursing Studies.
1(1). 219-224. www.ejournal-s1.undip.ac.id
Syafruddin.
(2002). Telaah praktek klinik keperawatan mahasiswa akademi keperawatan depkes
Palembang di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2002. Tesis.
Perpustakaan Universitas Indonesia. www.lontar.ui.ac.id
Emil, H,. dan
Hema, M. (2008). Mentorship sebagai suatu inovasi metode bimbingan klinik dalam
keperawatan. Penelitian Dosen Muda. Program studi Ilmu Keperawatan. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar