Kamis, 11 April 2013

ANALISIS GAMBARAN PEMBIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN DI INDONESIA

ESSAY
ANALISIS GAMBARAN PEMBIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
DI INDONESIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS)
Pendidikan Keperawatan Klinik


Dosen: Ns. Yulian Wiji Utami, S. Kp., M. Kes

http://akademikkebidanan.staff.ub.ac.id/files/2012/02/logo-FKUB.jpg



Oleh:
ANISSA CINDY NURUL AFNI
126070300111015



PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013



ANALISIS GAMBARAN PEMBIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
DI INDONESIA

Sejauh ini, pendidikan keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan diri mencari dan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar setiap mahasiswa keperawatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat yang menunjang kompetensi mereka dalam pemberian pelayanan profesional nantinya. Keberhasilan mahasiswa dalam pembelajarana klinik dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: pembimbing klinik, proses bimbingan klinik, metode yang digunakan dalam bimbingan, kelengkapan sarana, dan terakhir kerjasama klien dan keluarga selama mahasiswa praktik klinik (Ekawati, 2008).  
Dalam meningkatkan keterampilan  dan perubahan sikap, diperlukan adanya pengalaman belajar lapangan yang diselenggrakan dengan benar dalam tatanan pelayanan keperawatan profesional yang sesungguhnya. Selain itu, diperlukan lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran bagi calon-calon perawat. Kesemuanya membutuhkan sarana agar kompetensi dan keterampilan yang aka dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran praktik klinik berhubungan sangat kuat dengan peran pengajar dilingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Oleh karena itu kemampuan mahasiswa selama pembelajaran klinik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik.
Dalam praktik klinik di rumah sakit, salah satu sarananya adalah dengan metode mentorship. Yaitu sebuah metode dimana mahasiswa di damping oleh seorang pembimbing klinik “mentor” yang melakukan menthorship guna mencapai tujuan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Syafruddin (2002) mengenai “Telaah praktek klinik keperawatan mahasiswa akademi keperawatan depkes Palembang di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2002” menunukkan bahwa perumusan praktik  klinik keperawatan yang terpadu dikarenakan belum adanya keterlibatan berbagai pihak terutama rumah sakit dan akademik. Hambatan dalam proses bimbingan di rumah sakit ini adalah belum optimalnya instruktur klinik dalam melakukan bimbingan terhadap mahasiswa. Selain itu, belum memadaianya perencanaan fasilitas khusus mahasiswa dalam berpraktik baik dari rumah sakit maupun dari akademik.
Gambaran yang sejak dulu ada di Indonesia adalah kurangnya koordinasi antara pihak akademik dengan rumah sakit. Dimulai dengan perbedaan SOP (Standr Operasional Prosedur) antara yang diajarkan di akademik dengan kondisi nyata di klinik hingga penerapan proses pembimbingan klinik yang tidak efektif. Banyak sekali wacana yang muncul terkait masalah proses bimbingan klinik mahasiswa di rumah sakit.
Untuk meningkatkan proses bimbingan, beberapa rumah sakit di Indonesia mulai menerapkan proses pembimbingan dengan mentorship. Mentorship ini telah lama digunakan dalam pendidikan keperawatan terutama di luar negeri. Hasil survey oleh Block dan Korow pada tahun 2005 menyatakan pelaksaan mentorship dapat mengatasi kekurangan tenaga perawat, meningkatkan kepuasan perawat serta memperbaiki kualitas pelayanan (Emil, dan Hema, 2008). Literature juga menyebutkan penerapan mentorship di luar negeri mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. Di Indonesia sendiri, metode ini belum begitu banyak diaplikasikan terutama di pendidikan keperawatan (Emil, dan Hema, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Emil dan Hema (2008) melaporkan adanya perubahan pencapaian kompetensi yang lebih cepat, dan tepat ketika mahasiswa mulai melakukan proses bimbingan dengan metode mentorship. Mahasiswa lebih percaya diri ketika melakukan asuha keperawatan kepada pasien baik itu secara kompetensi maupun komunikasi terpetik terhadap pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Chandra (2012) mengenai “Tingkat Kepuasan Bimbingan Klinik Mahasiswa Keperawatan” memberikan hasil 59,6 % responden puas terhadap bimbingan klinik yang mereka terima selama praktik klinik di rumah sakit oleh pembimbing klinik dan sisanya 40,4 % menyatakan kurang puas terhadap bimbingan klinik. Studi pendahuluan yang dilakukan kepada 11 mahasiswa sebelum dilakukannya penelitian ini juga 5 mahasiswa menyatakan kurang puas dengan bimbingan klinik yang diterima. Mahasiswa yang menyatakan kurang puas terhadap bimbingan klinik beranggapan bahwa pembimbing klinik kurang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi.
Dalam penelitiannya juga 45,6 % responden menyebutkan kurangnya empati dari pembimbing klinik kepada mahasiswa. Kondisi seperti ini banyak dijumpai di rumah sakit-rumah sakit tempat mahasiswa berpraktik. Penyebab umum yang sering dijumpai adalah jumlah mahasiswa yang terlalu banyak berpraktik dalam satu ruang dan kurangnya fasilitator atau mentor dalam membimbing mahasiswa di ruangan. Selain itu, banyaknya kegiatan perawat ruangan yang tidak dapat ditinggalkan sehingga mahasiswa hampir terabaikan.
Mahasiswa yang tidak puas dengan bimbingan klinik yang diterima dapat berdampak pada kepercayaan diri mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga. Kompetensi pencapaian mahasiswa dalam kondisi seperti ini juga cenderung tidak terpenuhi sehingga mempengaruhi kualitas keluaran mahasiswa setelah selesai praktik klinik. Selain masalah proses bimbingan, kebutuhan akan SOP  yang tepat dan sesuai antara klinik dan akademik juga menjadi sarana bagi mahasiswa untuk lebih cepat beradaptasi dengan kondisi di klinik. Karena sejauh ini yang terjadi SOP dalam tindakan keperawatan antara yang diperoleh mahasiswa dengan di klinik memiliki perbedaan.
Gambaran proses bimbingan klinik mahasiswa keperawatan di Indonesia masih banyak memiliki kekurangan baik dari akademik maupun dari klinik. Mulai dikembangkannya metode mentorship dalam pembelajaran klinik di Indonesia akan sangat membantu meningkatkan pencapaian kompetensi bagi mahasiswa keperawatan dalam berpraktik. Namun dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terutama akademik dan rumah sakit guna mewujudkan prose pembimbingan yang tepat bagi mahasiswa.   


Daftar Pustaka
Ekawati, H. (2008). Hubungan antara persepsi penerapan metode bimbingan klinik dengan tingkat kepuasan mahassiswa dalam pengalaman belajar klinik di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. www.pasca.uns.ac.id
Linda, K, A., dan Chandra, B, R. (2012). Tingkat kepuasan bimbingan klinik mahasiswa keperawatan. Jurnal Nursing Studies. 1(1). 219-224. www.ejournal-s1.undip.ac.id
Syafruddin. (2002). Telaah praktek klinik keperawatan mahasiswa akademi keperawatan depkes Palembang di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2002. Tesis. Perpustakaan Universitas Indonesia. www.lontar.ui.ac.id
Emil, H,. dan Hema, M. (2008). Mentorship sebagai suatu inovasi metode bimbingan klinik dalam keperawatan. Penelitian Dosen Muda. Program studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar